SEMINAR NASIONAL LEMHANNAS PPRA LXII MODAL SOSIAL DAN BUDAYA MENJADI KEKUATAN NASIONAL DALAM PEMULIHAN EKONOMI DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama mengikuti acara Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII Lemhannas RI Tahun 2021 dengan Judul : “Modal Sosial dan Budaya Menjadi Kekuatan Nasional dalam Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19” secara virtual. Hadir pada kegiatan tersebut antara lain Gubernur Lemhannas RI, Wakil Gubernur Lemhannas RI, Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, perwakilan pejabat Lemhannas RI, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Ketua Komisi X DPR RI, Guru Besar Ekonomi SDA dan Lingkungan IPB, Duta Besar RI untuk Belanda, Ketua Umum HIPPI/Wakil Ketua Umum KADIN, Unit Head Herbal Marthaa Tilaar Group, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Rektor AMIKOM Yogyakarta, Head of Tani Academy TaniHub Group serta undangan dari kementerian/lembaga secara daring. (Rabu, 25/08/21)
Seminar Nasional yang dibuka oleh Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo ini bertujuan untuk dapat menyempurnakan naskah seminar agar bisa memberikan masukan kepada pemerintah tentang alternatif dan strategi menghadapi beberapa permasalahan dalam penanganan Pemulihan Ekonomi Nasional di tengah pandemi Covid-19.
Dalam kata sambutannya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. menyampaikan bahwa modal sosial Indonesia termasuk tinggi di dunia, masyarakat saling membantu selama pandemi Covid-19.
“Meski sudah baik, tetapi pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa kita masih memiliki kekurangan dalam hal modal sosial dan kualitas tata laksana pemerintahan. Dihadapkan pada tantangan yang lebih besar ke depan, kita harus melakukan perbaikan pada modal sosial dan kualitas tata laksana pemerintahan menuju Indonesia yang lebih baik lagi” terang Luhut Binsar Pandjaitan.
Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. menyampaikan bahwa modal budaya kita adalah gotong royong jadi kita perlu terus tingkatkan gotong royong sebagai roh dari kolaborasi. Kedua mengenai inovasi, inovasi ini adalah keahlian dari masyarakat Indonesia yang penuh dengan kearifan lokal misalnya seperti tenun. Yang terakhir adalah adaptasi.
Ketua Komisi X DPR RI, H. Syaiful Huda mengatakan 30 juta penduduk sebagai pelaku industri kreatif belum tertangani secara baik oleh pemerintah. Sebaiknya pemerintah secepatnya menciptakan ekosistem untuk industri kreatif karena hal tersebut belum ada. Selain itu juga kita perlu mendorong koperasi dan bumdes.
“Seluruh perangkat UU sudah disiapkan maka kita semua harus berkomitmen untuk memanfaatkan modal sosial dan budaya untuk memulihkan ekonomi,” jelas Syaiful Huda.
Guru Besar Ekonomi SDA dan Lingkungan IPB, Prof. Dr. Akhmad Fauzi, M.Sc. mengatakan bahwa budaya sebagai “mesin pembangunan” oleh karena itu kita harus menciptakan dan memanage culture.
Sementara itu Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas menjelaskan bahwa ekspor sebelum pandemi dan selama pandemi tidak banyak berubah malah ada beberapa yang meningkat, investasi juga naik.
Selanjutnya Head of Tani Academy TaniHub Group, Deeng Sanyoto mengatakan bahwa terlalu panjang rantai pasok pangan sehingga harganya menjadi murah.
Dalam aplikasi TaniHub Group terdapat 3 akses yaitu akses modal dengan mengumpulkan dana dari masyarakat, akses pasar dengan menjual hasil pertanian lewat aplikasi sehingga konsumen dapat langsung membeli ke petaninya, dan akses informasi yang diperlukan oleh petani, terang Deeng Sanyoto.
Kesimpulan dari hasil seminar ini adalah menghidupkan modal sosial dan budaya dengan kearifan lokal.